jEN961bnoHWNuQxXMHOhiOEF8a0k3e3ubeGH0V3g
mas Dirman | Narablog

Cerita Hijrah dari Jogja ke Bogor

 Singkatnya, saya pernah punya pengalaman baik saat menjalani hidup berdua bersama isteri tercinta di kota Jogja. Mulai dari menikah hingga akhirnya bekerja dan harus keluar dari pekerjaan karena intens merawat Ibu yang saat itu sakit diabetes sehingga harus terjadwal cuci darah sepekan sekali di RS Sarjito Yogyakarta.

Cerita Hijrah dari Jogja ke Bogor

Pengalaman Hidup di Jogja

Sebagai aktivitas pendukung karena sudah tidak bekerja, kebetulan saat itu saya mulai membangun usaha sendiri di rumah kontrakan. Apa saja dijalani, mulai dari saya mencoba jualan online hingga menjual produk makanan rumahan yang dibuat oleh isteri saya.

Alhamdulillaah usaha tersebut sempat membuahkan hasil yang lumayan sehingga cukup untuk menghidupi keluarga kecil saya. Hingga akhirnya tepat setahun sebelum pandemi covid berlangsung, saya beberapa kali terkena tipu oleh pesanan di salah satu usaha yang saya jalankan.

Mulai saat itulah keadaan ekonomi terus menurun bahkan hingga saya tak mampu lagi untuk menyewa rumah kontrakan. Berbagai ikhtiar sudah dilakukan agar bagaimana caranya bisa memiliki tempat tinggal sementara. Mulai dari mencari kos, meminta bantuan teman siapa tahu ada tempat yang bisa saya tinggali sembari merawat tempat tersebut dan macam-macam usaha saya tempuh saat itu.

Alhamdulillaah... akhirnya saya bisa menerima kebaikan dari salah satu keluarga dekat kontrakan saya sebelumnya untuk menempati hunian berupa kos-kosan dan ada satu rumah induk yang kebetulan saat itu masih kosong tidak ada yang menempati.

Maka jadilah saya dan isteri tinggal di tempat tersebut sembari membantu menjaga dan mengawasi kamar kos yang saat itu baru ditempati oleh 3 orang. Biasanya saya kalau pagi membersihkan kos-kosan seperti menyapu, mengepel hingga membuang sampah dari setiap kamar kos.

Pengalaman hidup di Jogja

Sebagai kegiatan tambahan, saya aktif di Masjid yang kebetulan bersebelahan dengan tempat tersebut. Sejalan dengan waktu, saya akhirnya punya kesibukan di Masjid tersebut seperti mengumangkan Adzan dan juga menjadi salah satu pengurus di bidang humas. Demikian juga dengan isteri saya, sering mendapatkan pesanan makanan dan jajanan untuk acara masjid seperti pengajian, snack untuk TPQ dan lain sebagainya.

Ditambah juga dengan usaha kami yaitu mencoba menitipkan snack di beberapa warung yang menjajakan makanan ringan di sekitar tempat kami tinggal saat itu. Karena saya juga sedikit aktif di lingkungan masyarakat, maka saya mendapat kesempatan untuk bergabung juga bersama pengurus RT dan RW setempat di bidang IT dan Teknologi yang salah satu hasilnya saya bisa mengusulkan membuat program pemasangan cctv untuk pantauan warga sekitar.

Saat Pandemi, Saya Hidup dari Bantuan Sosial dan Blog

Selang beberapa waktu, pandemi melanda Indonesia termasuk juga di Yogyakarta, kota yang saya tinggali. Karena berlaku peraturan PPKM oleh pemerintah, semua lini usaha terdampak termasuk kegiatan keseharian. Usaha yang dijalankan seperti menitipkan makanan di warungpun terpaksa harus berhenti seketika.

Salah satu kondisi yang masih bisa membuat saya bertahan hidup saat itu adalah dengan menjadi relawan tim kubur cepat dan juga menerima bantuan dari mana saja, seperti bantuan dari pemerintah atau elemen dan lembaga masyarakan dan sosial yang ada di kota Jogja.

Dan Alhamdulillaah.. selain dari bantuan sosial saya juga bisa sedikit punya penghasilan tambahan dari blog yang kebetulan saya "hidupkan" kembali saat itu. Seringnya menerima beberapa job review, ulasan produk hingga penempatan konten dan backlink membuat pundi-pundi keuangan sedikit banyak terbantu.

Saya Akhirnya Hijrah ke Bogor

Banyak hal yang menjadi pertimbangan mengapa akhirnya saya memutuskan untuk hijrah dari Jogja ke Bogor. Beberapa hal utama adalah seperti yang saya ceritakan di bawah ini.

Terlalu Lama Menempati Hunian

Saat pertama kali menempati, sebenarnya pemiliknya tidak keberatan.. toh awalnya waktu itu memperbolehkan saya dan isteri tinggal di tempat tersebut sembari saya mencoba merintis kembali apa yang sudah pernah dicapai sehingga akhirnya memiliki kemampuan untuk sewa hunian sendiri.

Saya sendiri selalu melakukan izin ulang setiap tahun, takutnya sewaktu-waktu akan dipergunakan untuk apa begitu, kan. Walaupun secara ekonomi memang nyatanya belum mampu untuk sewa kontrakan sendiri. Jadi sebenarnya saya sendirilah yang merasa tidak enak hati karena sudah terlalu lama menempati hunian tersebut.

Kondisi Kesehatan yang Semakin Menurun

Sebenarnya awalnya tidak terlalu saya rasakan, toh saya sudah terbiasa jika hanya merasa demam atau sakit yang ringan, saya cukup periksa ke puskemas ataupun klinik gratis. Namun saat itu kondisinya memang sedikit agak berbeda, selain sering demam.. badan juga terlihat semakin kurus saja.

Mau checkup tidak punya biaya, dan kalau melakukan pemeriksaan lengkap saya sudah merasa pasti akan banyak penyakit yang ketahuan dan akhirnya biasanya harus pengobatan rutin bahkan mondok di rumah sakit. Kalau itu terjadi, bagaimana dengan biayanya?

Tidak Ada Pemasukan

Katanya sih karena sedang krisis daya beli dan masa transisi kepemimpinan. Sehingga banyak juga selain saya yang punya usaha kecil-kecilan di bidang kuliner merasakan menurunnya pendapatan dan pemasukan dari bisnis.

Sama halnya dengan blog dan juga jasa aset digital marketing yang saya tawarkan. Makin hari makin berkurang saja. Bahkan beberapa kali saya sempat berhutang ke teman dan keluarga atau ke warung terdekat sekedar untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Beberapa hal seperti itulah yang menjadikan saya dan isteri kemudian berembuk berdua untuk mencoba mencari peluang sebagai solusi. Akhirnya kita mencoba untuk memutuskan hijrah ke tempat yang dekat dengan keluarga atau bahkan menempati hunian bersama keluarga untuk sementara waktu.

Sebelum ke Bogor, saya dan isteri mencoba ke keluarga yang berada di Semarang. Namun sepertinya belum mendapatkan peluang atau bahkan solusi untuk kami berdua. Saya juga tidak menyalahkan, toh kalau memang kondisinya seperti itu, saya bisa apa?

Terus di Bogor Sekarang Ngapain?

Sebelum berdiskusi dengan keluarga terutama dengan tempat yang akan saya tinggali, saya dan isteri sempat melakukan survey kecil-kecilan dengan mengamati sekira kegiatan apa yang bisa dilakukan di sana untuk memenuhi kebutuhan hidup.

di Bogor ngapain saja?

Karena kebetulan ada ruko yang sedang "nganggur" dan boleh kami tempati, jadi pertimbangan saat itu adalah memulai merintis usaha di bidang kuliner sembari menitipkan ke warung-warung sekitaran. Bahkan kami sudah mendapatkan 2 tempat yang memperbolehkan untuk dititipi jajanan waktu itu.

Namun rencana sedikit berubah, saat saya pindah ke Bogor beberapa bulan kemudian saya malah sakit dan harus dirawat di RSUD kota Bogor selama sekitar 2 pekanan. Sudah terbayang modal yang walaupun hanya sedikit yang waktu itu kami bawa akhirnya habis untuk biaya pengobatan dan lain sebagainya.

Untung saja di sana ada keluarga yang kemudian membantu kami untuk membayar denda BPJS dan akhirnya biaya pengobatan rawat inap menjadi gratis. Padahal dengan sakit yang saya alami, bisa habis hingga puluhan juta jika menjadi pasien umum tanpa jaminan kesehatan yang berlaku.

Setelah masa pengobatan dan terapi berakhir selama 6 bulan, saya mulai merintis usaha jualan di warung secara offline maupun online. Namun sepertinya kondisi berkurangnya daya beli masih berlangsung hingga saat ini dan memang saya agak sedikit kesulitan untuk terus berjuang dengan tanpa modal sama sekali.

Penutup Cerita Hijrah

Saya yakin, jika kita terus berusaha pastilah nanti ada jalan atau bahkan hasil yang lebih baik dari saat ini. Dan mungkin kondisi seperti yang saya lamai sekarang ini masih belum apa-apa jika dibandingkan yang lain yang bisa saja memiliki kondisi yang lebih berat.

Disclosure: Tulisan ini bersifat cerita pengalaman pribadi saja. Jika bisa menjadi sebuah inspirasi tentu saya akan merasa sangat beruntung dan bahagia.

Posting Komentar

✔ Silakan bebas berkomentar sesuai dengan topik pembahasan di artikel ini.
✔ Centang kolom Beri Tahu Saya/Notify Me untuk mendapatkan notifikasi respon komentar.
Aset Digital Marketing